DIAGRAM
FASE
Istilah
fasa berkaitan dengan keadaan materi yang terpisah dan dapat diidentifikasi.
Istilah ini dapat diterapkan baik pada material kristalin maupun non kristalin
, dan merupakan cara yang mudah untuk menyatakan struktur materi.
Dalam
praktek jumlah diagram fasa relative banyak, namun apabila diamati
dengan cermat, ternyata hanya ada 3 kelompok diagram
fasa, yakni:
1.
Diagram fasa
yang menunjukka adanya kelarutan yang sempurna dalam keadaan cair dan padat. Seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar diagram fasa
Cu-Ni
2.
Diagram fasa
yang menunjukkan adanya kelarutan yang sempurna dalam keadaan cair, dan larut
terbatas dalam keadaan padat:
a. Diagram
fasa yang mengandung reaksi fasa eutektik

b.
Diagram fasa yang mengandung fasa Peritektik
![]() |
c.
Diagram fasa yang mengandung senyawa

3.
Diagram fasa
yang menunjukkan adanya
kelarutan yang sempurna
dalam keadaan cair, dan ketidaklarutan dalam keadaan padat

Di dalam konteks ilmu logam (material), diagram fasa
merupakan suatu pemetaan dari kondisi logam atau paduan dengan dua variabel
utama umumnya ( konsentrasi dan temperatur). Secara umum ada 2 jenis diagram fasa
yang dipakai, yaitu diagram fasa biner (terdiri atas 2 unsur logam) dan diagram
fasa terner (terdiri atas 3 unsur logam). Dalam pembahasan ini nanti, akan
difokuskan pada diagram fase biner.
DIAGRAM FASE BINER
Diagram fase biner yang saya ambil sebagai contoh
disini adalah diagram fase dari Al-Cu . Dari diagram fase tersebut akan
dijelaskan bagaimana membentuk diagram single kristal, polikristal dan
polikristal terorientasi.
Berikut
gambar diagaram fase Al-Cu :


1.
Terbentuknya
Single Kristal
Ada dua metode dasar dalam memmbuat
kristal tunggal
1.
Solidifikasi
dari lelehan
Pada metode solidifikasi paling
sederhana, Logam polikristalin yang akan diubah menjadi kristal tunggal
disangga dalam cawan tidak reaktif horisontal (seperti grafit) dan dibekukan
secara bertahap dari salah satu ujung dengan melewati dapur listrik
bertemperatur maksimum sekitar 10
diatas
titik leleh. Meskipun selama solidifikasi awal terbentuk beberapa nuklei, salah
satu kristal dengan laju pertumbuhan yang peka terhadap orientasi mengalahkan
kristal lainnya, dan menguasai seluruh medan pertumbuhan . Metode ini cocok
sekali untuk pembibitan kristal dengan orientasi pertumbuhan yang telah
ditentukan terlebih dahulu. Bibit kristal ditempatkan berdekatan dengan
spesimen polikristal dalam kapal dan sambungan dilelehkan sebelum mulai dengan
proses pelelehan/solidifikasi. Spesimen kawat dapat dikembangkan dalam tabung
silika atau gelas tahan panas yang dilapisi dengan drafit (aquadeg) pada bagian
dalamnya. Pada pengembangan lebih lanjut dari cara ini, benda uji diletakkan dalam
tabung silika vakum lebih lanjut dan setelah ditempatkan dalam kapal tembaga
yang didinginkan dengan dengan air melewati kumparan pemanas frekuensi tinggi
yang menghasilkan zona lelehan .

Kebanyakan teknik solidifikasi kristal
tunggal diturunkan dari metode Bridgman dan Czocharlski. Pada metode Bridgman,
sample logam murni ditempatkan dalam cetakan vertikal terbuat dari grafit
licin, tirus hingga mencapai titik ujung. Cetakan perlahan-lahan diturunkan
kedalam dapur tabung dengan zona lelehan sempit. Kristal mulai tumbuh dari
titik ujung cetakan. Pada metode Czocharlski, yang sering disebut “penarikan
kristal”, kristal benih ditarik perlahan-lahan dari permukaan logam cair,
sehingga lelehan bersolidifikasi dengan orientasi yang sama dengan benih.
Rotasi kristal selama penarikan menghasilkan kristal yang bulat. Teknik ini
dimanfaatkan untuk pembuatan in vacuo kristal Si dan Ge .
Kristal dapat juga dibuat dengan teknik
“zona ambang” (floating zone)
(misalnya untuk logam dengan titik cair tinggi seperti W, Mo, dan Ta) .Batang
polikristal murni dijepit pada ujung atas dan bawah dengan jepitan yang
didinginkan dengan air dan diputar dalam gas mulia atau vakum. Daerah lelehan
kecil, yang dihasilkan oleh kumparan frekuensi radio yang didinginkan dengan
air atau yang dihasilkan oleh penembakan elektron yang berasal dari filamen
sirkular, dilewatkan sepanjang sample. Kemurnian yang tinggi dapat dihasilkan
karena spesimen tidak berhubungan dengan sumber kontaminasi dan juga karena ada
aksi pemurnian zona .
2.
pertumbuhan
butir dalam keadaan padat
Metode yang melibatkan pertumbuhan butir
(2) didasarkan pada anil sampel yang dideformasi. Pada teknik anil regangan,
logam berbutir halus diberi regangan
halus tarik kritis sekitar 1-2%, kemudian dianil didapur gradien yang bergerak
dan berada pada temperatur dibawah titik leleh atau temperatur transformasi.
Regangan ringan menghasilkan beberapa nuklei kristalisasi; selama anil, salah
satu satu nukleus tumbuh lebih cepat daripada nuklei potensial lainnya yang
kemudian habis “termakan”. Metode ini diterapkan pada logam dan paduan dengan
energi salah-susun tinggi seperti Al , besi-silikon. Sulit untuk mendapatkan
kristal tunggal logam dengan energi
salah-susun rendah seperti Au dan Ag, karena dengan mudah terbentuk kembaran
anil yang mempunyai orientasi rangkap. Kristal tunggal logam heksagonal juga
sulit dibuat karena pembentukan kembaran deformasi selama peregangan merupakan
lokasi nukleasi yang efektif.
Pada diagram fasa unsur Al-Cu Singgle kristal
dapat diperoleh melalui proses partial melting , yaitu proses pemanasan sampai
dengan titik leleh salah satu unsurnya.
Pada contoh kasus disini misalkan untuk mendapatkan singgle kristal Cu
maka campuran Al-Cu di panaskan hingga mencapai titik leleh Cu dan kemudian
diturunkan perlahan-lahan. Begitu juga untuk mendapatkan singgle kristal Ag
maka campuran Ag-Cu dipanaskan hingga mencapai titik leleh Ag dan kemudian
diturunkan perlahan-lahan. Jadi intinya letak diagram singgle kristal itu tidak
tepat pada titik leleh nya , tetapi agak berada
dibawahnya.
2.
Terbentuknya
Polikristal
Sedangkan
pada proses terbentuknya polikristal, secara umum dapat dibuat dengan cara
dpanaskan dan seteelah itu didinginkan secara cepat, sehingga tidak terjadi
proses tumbuh, melainkan banyak terjadi nukleasi. Hal ini berbeda dengan single
kristal yang terjadi sedikit proses nukleasi tetapi tumbuh.
Proses di atas banyak menggunakan proses pemanasan
dan pendinginan, proses tersebut dapat dijepaskan sebagai berikut :
Heat treatment
merupakan suatu proses pemanasan dan pendinginan yang terkontrol, dengan tujuan
mengubah sifat fisik dan sifat mekanis dari suatu bahan atau logam sesuai dengan
yang dinginkan. (Kamenichny, 1969: 74). Proses dalam heat treatment
meliputi heating, colding, dan cooling. Adapun tujuan dari
masing-masing proses yaitu :
- Heating : proses pemanasan sampai temperatur tertentu dan dalam periode waktu. Tujuannya untuk memberikan kesempatan agar terjadinya perubahan struktur dari atom-atom dapat menyeluruh.
- Holding : proses penahanan pemanasan pada temperatur tertentu, bertujuan untuk memberikan kesempatan agar terbentuk struktur yang teratur dan seragam sebelum proses pendinginan.
- Cooling : proses pendinginan dengan kecepatan tertentu, bertujuan untuk mendapatkan struktur dan sifat fisik maupun sifat mekanis yang diinginkan.
Perlakuan
Panas pada logam paduan Al-Cu
:
Perlakuan panas pada aluminium paduan
dilakukan dengan memanaskan sampai terjadi fase tunggal kemudian ditahan
beberapa saat dan diteruskan dengan pendinginan cepat hingga tidak sempat
berubah ke fase lain. Jika bahan tadi dibiarkan untuk jangka waktu tertentu
maka terjadilah proses penuaan (aging). Perubahan akan terjadi berupa
presipitasi (pengendapan) fase kedua yang dimulai dengan proses nukleasi dan
timbulnya klaster atom yang menjadi awal dari presipitat. Presipitat ini dapat
meningkatkan kekuatan dan kekerasannya. Proses ini merupakan proses age
hardening yang disebut natural aging. Jika setelah
dilakukan pendinginan cepat kemudian dipanaskan lagi hingga di bawah temperatur
solvus (solvus
line) kemudian ditahan dalam jangka waktu yang lama dan dilanjutkan
dengan pendinginan lambat di udara disebut proses penuaan buatan.

Digram
fase perubahan mikrostuktur paduan Al-Cu
Proses dari
pemanasan awal hingga pendinginan cepat disebut proses perlakuan pelarutan (solution
treatment), dan proses sesudahnya disebut proses perlakuan
pengendapan (precipitation treatment).
Mekanisme Pengerasan
Untuk
menjelaskan mekanisme terjadinya pengerasan, sebagai contoh diambil untuk
diagram fase Al-Cu. Dari diagram tampak bahwa kelarutan Cu dalam Al menurun
dengan menurunnya temperatur. Suatu paduan dengan 4 % Cu mulai membeku di titik
1 dengan membentuk dendrit larutan padat a. Dan pada titik 2 seluruhnya sudah
membeku menjadi larutan padat a dengan 4 % Cu. Pada titik 3 kelarutan Cu dalam
Al mencapai batas jenuhnya, bila temperaturnya diturunkan akan ada Cu yang keluar
dari larutan padat a berupa CuAl2. Makin rendah temperaturnya makin
banyak Cu-Al yang keluar. Pada gambar struktur mikro Al-Cu tampak partikel CuAl
tersebar didalam matriks a.
Dengan
pemanasan kembali sampai diatas garis solvus (titik 3) semua Cu larut kembali
di dalam a. Dengan pendingan cepat (quench) Cu tidak sempat keluar dari
a. Pada suhu kamar struktur masih tetap berupa larutan padat a fase tunggal
Sifatnyapun masih belum berubah. Masih tetap lunak dan sedikit ulet. Dalam
keadaan ini larutan dikatakan sebagai larutan yang lewat jenuh karena mengadung
solute yang melampaui batas jenisnya untuk temperatur itu. Setelah
beberapa saat larutan yang lewat jenuh ini akan mengalami perubahan kekerasan
dan kekuatan. Menjadi lebih kuat dan keras , tetapi struktur mikro tidak tampak
mengalami perubahan .
Penguatan ini terjadi karena timbulnya
partikel CuAl2 (fase q) yang berpresipitasi di dalam kristal a.
Presipitat ini sangat kecil tidak tampak di mikroskop (submicroscopic)
dan akan menyebabkan terjadinya tegangan pada lattis kristal a di sekitar
presipitat ini . Karena presipitat tersebar merata didalam lattis kristal. Maka
dapat dikatakan seluruh lattis menjadi tegang mengakibatkan kekuatan dan
kekerasan menjadi lebih tinggi.
Aging
dapat dilakukan dengan membiarkan larutan lewat jenuh itu pada temperatur kamar
selama beberapa waktu. Dinamakan natural aging atau dengan
memanaskan kembali larutan lewat jenuh itu ke temperatur di bawah garis solvus
dan dibiarkan pada temperatur tersebut selama beberapa saat. Dinamakan artficial
aging Bila aging temperatur terlalu tinggi dan atau aging time
terlalu panjang maka partikel yang terjadi akan terlalu besar (sudah
mikroskopik) sehingga effek penguatannya akan menurun bahkan menghilang sama
sekali, dan ini dinamakan over aged.
Proses precipitation hardening atau
hardening dapat dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
- Solution treatment, yaitu memanaskan paduan hingga diatas solvus line.
- Mendinginkan kembali dengan cepat (quenching)
- Aging, yaitu menahan pada suatu temperatur tertentu (temperatur kamar atau temperatur dibawah solvus line) selang waktu tertentu.
REAKSI
KONGRUEN, INKONGRUEN, EUTEKTIK DAN REAKSI PERITEKTIK
A. REAKSI KONGRUEN
Adalah Reaksi yang terjadi tanpa adanya perubahan komposisi
atau reaksi yang terjadi saat senyawa mengalami titik cair atau titik beku yang
kongruen. Titik cair atau titik beku yang kongruen itu sendiri terjadi ketika
sebuah senyawa mencair atau membeku tanpa adanya perubahan komposisi. Reaksi
kongruen ada pada fasa intermediet yang memiliki struktur kristal yang berbeda
dengan fasa primer dan terletak diantara fasa primer dalam diagram fasa. Fasa intermediet terdapat mulai dari
temperature ruang hingga likuidus, dan mencair atau membeku tanpa perubahan komposisi. Di titik ini terjadi reaksi kongruen : titik cair paduan eutetik tidak
kongruen. Fasa dengan pencairan kongruen
dijadikan sarana untuk membagi diagram fasa yang kompleks (biner atau terner)
menjadi bagian yang lebih mudah dimengerti. Contoh dari transformasi kongruen termasuk transformasi allotropic. Berikut contoh gambar dari reaksi kongruent
pada hafnium –vanadium. Yang mana merupakan fasa single kristal (spesifik pada
point temperatur dan komposisi dengan reaksi eutektik, peritektik dan terjadi
fase transformasi yang kongruen) :

Gambar diagram fase hafnium dan fanadium
B.
REAKSI
INKONGRUEN
Adalah Reaksi yang terjadi dengan adanya perubahan
komposisi.<.span>
Reaksi
peritektik merupakan contoh dari inkongruen untuk fasa intermediet. <.span>

C.
REKSI
EUTEKTIK



# Angka 10
--> batas kelarutan B di A adalah 10%;
# Angka 60
--> jika komposisi A dan B mamiliki 60%
# Angka 90 --> A larut
di B dengan maksimal 10%.
D.
REAKSI
PERITEKTIK
Reaksi Peritektik adalah
sistem dengan komponen titik cair yang sangat berbeda. Reaksi ini hampir sama
dengan reaksi eutektik, biasanya reaksi peritektik terdapat pada sistem yang
lebih rumit seperti Cu-Zn dengan rentetan terdiri dari lima reaksi peritektik
.
.

Keterangan :
·
Garis komposisi 1 dan 2 diagram fasa jenis ini
mirip dengan garis 1 dan 2 diagram fasa jenis sebelumnya yang memiliki reaksi
fasa eutektik.
·
Garis
komposisi 3 : Diketahui komposisi paduan A dan B = 30 %.
Tahapan solidifikasinya adalah sebagai berikut : Titik
1 dan 2, adalah 100% cair dan pengintian padat
.

·
Pada saat
garis 3, garis komposisi memotong garis horizontal peritektik, sehingga,
terjadi 2 tahapan tranformasi fasa.
·
Fasa cair
berubah menjadi fasa
padat mengikuti reaksi
fasa peritektik, yakni: Fasa cair
ditambah fasa pada, menghasilkan fasa padat yang berbeda, atau fasa cair jika
berubah menjadi fasa padat, membutuhkan sebagaian fasa
. Perbandingan
dan L tergantung garis dari
peritektik diagram fasanya. Dalam hal ini perbandingannya: (70-60) : 60-20) = 1
: 4. Sehingga dari L = 20%,


fasa lain yang diperlukan adalah = ¼ x 20% = 5%. Jadi untuk mengubah L
20% menjadi fasa padat, memerlukan fasa ? = 5% sehingga didapatkan :
L + 

L= 20%, dan
=5 % didapatkan
= 25%


Sehingga pada akhir tahap II diperoleh :




·
Titik 1
dan 2, adalah
100% cair dan
pengintian padat
. Pada titik
3,

Tahapan pembekuannya adalah sebagai berikut:
·
Pada saat garis 4
memotong garis horizontal
peritektik, terjadi 2
tahapan transformasi fasa.
·
Paduan A dan
B dengan B =60%. Pada titik 1 dan 2,
adalah 100 % L dan
Pengintian
. Pada titik 3, garis komposisi memotong garis horizontal
peritektik, sehingga terjadi 2 tahap
transformasi fasa.

·
Paduan A dan B
dengan B = 65%. Pada titik 1 dan 2, adalah 100 % L dan pengintian
. Pada titik 3, pada saat garis
komposisi 6 memotong garis horizontal,

maka terjadi 2 tahapan tranformasi fasa.
CACAT DALAM PADATAN
Cacat pada material
selalu ada, secara khusus cacat pada kristal. Padatan selalu mengandung diskontinuitas struktural
dan daerah tertentu yang tidak teratur. Heterogenitas ini terdapat pada skala
mikroskopik dan makroskopik, dengan cacat atau ketidaksempurnaan, mulai
dari atom yang hilang atau salah tempat, hingga cacat yang kasat mata.
Kebanyakan material yang digunakan untuk komponen rekayasa dan struktur terbuat
dari sejumlah besar butir atau kristal. Oleh karena itu wajar apabila permukaan
batas butir dari agregat polikristalin seperti
itu dianggap sebagai ketidaksempurnaan. Cacat lain yang relatif besar seperti
pori penyusutan, gelembung gas, inklusi material asing, dan retak ditemukan
tersebar didalam butir suatu material logam atau keramik.Cacat ini biasanya dipegaruhi oleh pemrosesan material
dan bukan merupakan sifat dasar material.
Kecacatan ini biasanya
diakibatkan adanya :
1.
efek
vibrasi yang ada pada atom, sehingga atom mudah pindah
2.
inklusi
atau adanya atom asing
3.
gaya-gaya
dari luar yang memungkinkan atom-atom berpindah tempat, contoh: beban termal,
dan beban mekanik .
akibat adanya ketidaksempurnaan susunan atom , maka
kekuatan menjadi turun. Adapun jenis-jenis ketidaksempurnaan atau jenis-jenis
cacat adalah:
a.
Cacat Titik (Point Defect)
Cacat
titik atau point defect terdiri dari
kekosongan, penggantian atom (substitusi), dan penyisipan atom (interstisi).
Substitusi atau interstisi ditentukan oleh ukuran atau diameter atom asingnya.
Intertisi jika atom yang nyisip lebih kecil dengan perbedaan diameter atom
lebih besar dari 15%. Sedangkan substitusi jika diameter atom hampir sama atau
perbedaan diameter atom lebih kecil.
a.1.
Kekosongan

Cacatan:
·
Kekosongan
memudahkan atom untruk berpindah tempat.
·
Proses
pemindahan atom dari suatu tempat ke tempat lain disebut DIFUSI
·
Gambar Cacat titik kekosongan.
a.2.
Penggantian (Substitusi)
Cacat
titik Substitusi, yakni cacat yang diakibatkan satu atom diganti oleh
atom lain yang diameternya hampir sama atau lebih besar.

a.3. Penyisipan
(Interstisi)
Cacat
titik interstisi, yakni cacat yang diakibatkan satu atom asing yang

Gambar :
a.4. Impurity
(ketidakmurnian),
yaitu
adanya atom “asing” yang menggantikan tempat yang seharusnya diisi oleh atom.
Impuritas adalah atom asing yang hadir pada material. Logam murni yang hanya
terdiri dari satu jenis atom adalah tidak mungkin. Impuritas bisa menyebabkan
cacat titik pada kristal. Ada paduan dimana atom impuritas sengaja ditambahkan
untuk mendapatkan karakteristik tertentu pada material seperti untuk
meningkatkan kekuatan mekanik atau ketahanan korosi.
a.5. Cacat
Schottky dan Frenkel
Cacat
ini banyak dijumpai pada kristal ionik. Cacat Schottky adalah berupa kekosongan
pada suatu titik kisi bersama-sama dengan cacat sisipan di permukaan. Sedangkan
bila kekosongan berpasangan dengan sisipan di dalam kristal membentuk cacat
Frenkel.
Dari
sumber lain ada juga yang menyebutkan cacat titik meliputi:
a.6. Cacat titik dalam kristal
nonmetalik
Cacat titik dalam
struktur nonmetalik, khususnya struktur ionik, berkaitan dengan hal-hal
tambahan (seperti persyaratan untuk mempertahankan kenetralan listrik dan
kemungkinan keberadaan cacat anion dan cacat kation). Misal, kekosongan anion
pada NaCl akan menjadi cacat bermuatan positif dan dapat menjebak elektron dan
mengubahnya menjadi pusat F yang netral. Selain itu kekosongan anion mungkin
pula berkaitan dengan interstisi anion atau kekosongan kation. Pasangan
kekosongan-interstisial yang dihasilkannya disebut cacat frenkel dan pasangan
kekosongannya disebut cacat schottky, seperti terlihat pada gambar 4.5.
Interstisial lebih sering dijumpai dalam struktur ionik dibandingkan dalam
struktur metalik, karena keberadaan “lubang” atau interstisi dalam jumlah yang
besar.
Secara keseluruhan energi pembentukan dari kedua
jenis cacat ini berbeda dan hal ini menghasilkan perbedaan dalam konsentrasi
cacat. Berkaitan dengan kekosongan Ef -> Ef +
, maka apabila temperatur dinaikan pada tahap awal terbentuk lebih banyak
kekosongan kation dibandingkan kekosongan anion yang berasal dari dislokasi dan
batas namun medan listrik yang dihasilkan menghambat pembentukan kation dan
memicu pembentukan anion sehingga pada kesetimbangan terdapat anion adan kation
dengan jumlah yang hampir sama. Ion asing dengan valensi berbeda dengan kation
penerima juga menimbulkan cacat titik untuk mempertahankan netralitas muatan.
Contoh semikonduktor tipe-p (muncul karena kekurangan kation) adalah NiO, PbO dan Cu2O,
sedangkan semikonduktor tipe-n (muncul akibat kelebihan kation) adalah oksida
Zn, Cd, dan Be.
Berikut gambar
macam-macam cacat titik :


a.7. Iradiasi padatan
Terdapat beberapa macam jenis radiasi energi tinggi
seperti ( neutron, elektron, partikel-
, proton, deutron,
fragmen fisi uranium , sinar-
, sinar –X) semua jenis
radiasi tersebut mampu menghasilkan “kerusakan radiasi” pada material yang
terkena radiasi.yang menarik perhatian husus adalah prilaku material yang
terkena iradiasi dalam reaktor nuklir. Hal ini dikarenakan neutron yang
dihasilkan reaktor melalui reaksi fisi memiliki energi sangat tinggi sekitar (
2 MeV ) karena tidak bermuatan dan tidak dipengaruhi medan listrik yang
mengelilingi nukleus atomik selain itu neutron dapat berpenetrasi cukup jauh
dalam struktur. Kerusakan yang terjadi tidak terlokalisir namun terdistribusi
dalam padatan dengan bentuk damage spike
(puncak kerusakan).


Kerusakan akibat
iradiasi sebagian besar berbentuk interstisi yaitu atom yang ditumbuk pindah
keposisi interstisi dalam kisi sehingga mengalami kekosongan . wujud lain dari
kerusakan radiasi adalah dispersi energi atom yang dihentikan dan berubah
menjadi energi getaran kisi. Energi terkonsentrasi didaerah sempit dan untuk
waktu yang sangat singkat logam mengalami pemanasan lokal .
Untuk membedakan
kerusakan ini dari puncak perpindahan dengan energi cukup besar untuk
memindahkan atom, maka daerah yang terpengaruh panas ini disebut spike termal (temperatur puncak).
a.8. Konsentrasi cacat titik
Tahanan listrik
merupakan salah satu sifat paling sederhana
dan paling peka untuk meneliti konsentrasi cacat titik. Cacat titik merupakan
penghambur elektron yang kuat dan peningkatan tahanan (
) dapat ditulis dengan
persamaan : 



A : konstanta entropi pembentukan


Pada temperatur tinggi ,
konsentrasi kesetimbangan kekosongan sangat tinggi dalam struktur, memungkinkan
terbentuknya kelompok kekosongan ganda bahkan kekosongan rangkap tiga
bergantung pada nilai energi ikatan masing-masing. Pada kondisi kesetimbangan
antara kekosongan tunggal dan kekosongan ganda, konsentrasi kekosongan total
adalah cv = c1v + 2ccv . sedangkan konsentrasi
kekosongan ganda adalah ccv =
Azc1v2 exp [B2/kT] .
B2 : energi ikatan untuk pasangan kekosongan sekitar
0,1-0,3 eV
z : faktor konfigurasi
perpindahan kekosongan
ganda merupakan proses yang lebih mudah dan energi aktifasi perpindahannnya
sedikit lebih rendah dibandingkan Em untuk kekosongan tunggal.
b.
Cacat Garis (Line Defect)
Cacat garis disebut juga dislokasi atau
dislocation. Dislokasi terbagi dua, yakni dislokasi garis (edge dislocation),
dan dislokasi ulir (screw dislocation).
b.1
Dislokasi Garis

Vektor burger menentukan pergeseran atomik ketika
dislokasi bergerak melalui bidang slip. Nilainya ditentukan oleh struktur
kristal kartena sewaktu terjadi sllip perlu dipertahankan struktur kisi identik
baik sebelum maupun sesudah dislokasi terjadi. Gerak dislokasi garis atau sisi
dibatasi pada stu bidang saja.
b.2.
Dislokasi Ulir
Dislokasi Ulir terjadi jika :
·
Garis
dislokasinya sejajar dengan vector
BURGER.
·
Jika
dislokasinya diteruskan sampai permukaan,maka akan terjadi DEFORMASI.
·
Dibawah
pengaruh tegangan (dimana tegangan >
σy material tersebut), maka dislokasi dapat bergerak (hanya yang
terletak pada bidang geser).
·
Dislokasi
akan bergerak terus jika tegangan lebih
besar dari σy, sehingga kedua
dislokasi akan bertemu, maka
vector bergeser tidak terletak
pada bidang geser akan menyebabkan
terkuncinya dislokasi (CESSILE DISLOCATION).
·
Mudah
tidaknya dislokasi digerakkan erat kaitannya dengan kekuatan logam atau
ketahanan terhadap DEFORMASI PLASTIS
·
Gerakan
yang mencapai permukaan logam menandakan logam tersebut telah mengalami
deformasi.
·
Agar
logam kuat maka dislokasinya dibuat tidak/sukar bergerak, jika kedua dislokasi
bertemu maka dislokasinya akan sempurna (dislokasi makin banyak).
Pola tersebut terjadi saat pengerjaan logam
mengalami pendinginan. Maka tinggi
dislokasi, logam makin keras, disebut
STRAIN HARDENING (jka beban >σy). Yang menghambat suatu dislokasi biasanya
dislokasi lain atau bisa juga penyebab yang lain (misalnya :pelarut) .
Perbedaan penting antara gerak dislokasi
ulir dan gerak dislokasi garis terjdi karena dislokasi ulir memiliki simetri
silindris terhadap sumbunya dan vektor burger sejajar dengan sumbu ini.
c. Cacat Bidang
Cacat
bidang adalah cacat pada atom, dimana
satu bidang atom mengalami cacat. Cacat bidang terbagi jadi dua, yakni: batas
butir (Grain boundary), dan garis kembar (Twin).
c.1.
Batas Butir ( Grain Boundary)
Batas butir merupakan garis batas yang terjadi dari
pertemuaan orientasi butir yang berbeda. Awalnya ketika terjadi pembekuan,
pembekuan dimulai dari dari satu titik pengintian dengan orientasi butir yang
berbeda dari tiap titik pengintian
padat, sebagaimana terlihat pada gambar a.
Tiap butir berkembang terus mengikuti orientasi butir masing-masing,
sejalan dengan berkurangnya temperatur,
sebagaimana terlihat pada gambar b.
Tiap butir berkembang terus mengikuti orientasinya sampai bertemu atau
berpotongan dengan orientasi butir lain, sebagaimana terlihat pada gambar c. Garis tertemuan atau perpotongan
tiap butir disebut batas butir, sebagaimana
terlihat pada gambar d. Berikut
gambar batas butir yang diamati dengan
mikroskop.


c.2.Garis
Kembar
Garis
kembar (Twin) adalah dua garis sejajar yang terjadi akibat slip, dan ini
terjadi pada material yang memiliki banyak bidang slip atau bidang geser, yakni
material yang memiliki sel satuan FCC.


Garis kembar terjadi karena butir-butir saling berdesakan
Butir halus àlogam kuat
àatas butir banyak akibatnya cacat bidang banyak, karena
terjadi banyak dislokasi.
d. Cacat
Volume
Cacat ruang
adalah cacat apabila satu ruangan atom hilang. Cacat ini bisa dikenali juga sebagai porositas. Pada logam besi cor, porositas ini
bisa terjadi akibat udara yang terjebak saat pengecoran.
Cacat yang menempati volume dalam kristal berbentuk void,
gelembung gas, dan rongga. Cacat ini dapat terjadi akibat perlakuan panas,
iradiasi , atau deformasi dan sebagian besar energinya berasal dari energi
permukaan (1-3 J/m2). Pada void, pembentukan void dipicu oleh laju
kuens rendah dan temperatur penuaan tinggi, dan kerapatan void bertambah
apabila terdapat gas dalam lartan padat ( misal hidrogen dalam tembaga dan
hidrogen atau oksigen dalam perak). Pada alumunium dan magnesium pembentukan
void dipicu oleh kuens dari lingkungan
lembab, yang mungkin disebabkan oleh reaksi oksida yang menghasilkan hidrogen. Void bukanlah gelembung gas konvensional,
kerana hanya diperlukan beberapa atom gas untuk nukleasi void dan setelah itu
void tumbuh dengan adsorpsi kekosongan.
Akibat
dari adanya cacat pada suatu material, diantaranya yaitu :
·
Impuritas bisa menyebabkan cacat titik pada
kristal. Ada paduan dimana atom impuritas sengaja ditambahkan untuk mendapatkan
karakteristik tertentu pada material seperti untuk meningkatkan kekuatan
mekanik atau ketahanan korosi.
·
akibat adanya ketidaksempurnaan susunan atom,
maka kekuatan menjadi turun dan lain sebagainya.
KARAKTERISTIK STRUKTUR DAN SIFAT LOGAM
A. KARAKTERISTIK
STRUKTUR LOGAM
Karakteristik logam ini dipelajari dari struktur
elektronnya atau dengan kata lain dari pemahaman struktur atom-atom yang
membentuknya. Berikut ini karakteristik dari struktur logam murni. Ion logam
berukuran relatif kecil, dengan diameter sekitar 0,25 nm. Ion-ion sejenis di
dlam logam padat murni tertumpuk bersama secara teratur, dan sebagian besar
logam tertumpuk secara kolektif ion-ion menempati volume minimum. Logam umumnya
berbentuk kristal dan penumpukan ionnya tertutup atau terbuka. Susunan atomnya
dapat ditentukan dan dinyatakan berdasarkan bentuk struktur selnya. Selain itu,
karena ikatan metalik tidak bergantung pada arah. Contoh, baja yang memiliki
butiran yang kasar cenderung kurang tangguh a dibandingkan dengan baja yang
memiliki butiran yang halus. Besar butir ini dapat
dikendalikan melalui komposisi pada waktu proses pembuatan, akan tetapi setelah
menjadi baja, pengendalian dilakukan dengan proses perlakuan panas. Tidak semua
baja mengalami pertumbuhan butir yang berarti setelah pemanasan diatas daerah
kritis, beberapa jenis baja dapat dipanaskan pada suhu yang lebih tinggi tanpa
mengalami perubahan ukuran butirnya. Hal ini merupakan karakteristik baja
karbon sedang, suhu pengkasarannya tidak tetap dan dapat berubah-ubah,
tergantung pada pengerjaan panas atau dingin sebelumnya.
Kebanyakan
logam memiliki 3 (tiga0 struktur kristal, yaitu FCC ( kubus berpusat muka), BCC
( Kubus berpusat badan) dan Heksagonal tumpukan padat. Pada
temperatur kamar, besi atau baja memiliki bentuk struktur BCC (Body Centered
Cubic). Dalam hal ini cell unit dari atom-atom disusun sebagai sebuah kubus
dengan atom-atom menempati kedelapan dari sudut kubus dan satu atom berada di
pusat kubus. Pada temperatur yang tinggi, besi atau baja memiliki bentuk
struktur FCC (Face Centered Cubic). Dalam hal ini, cell unit adalah sebuah
kubus dengan atom-atom menempati kedelapan dari sudut kubus dan atom lainnya
berada pada pusat masing-masing dari enam keenam bidang kubus. Disamping
berbentuk kubus, cell unit lainnya dapat berupa HCP (Hexagonal Close Packed),
seperti halnya pada logam seng. Dalam hal ini atom-atom menempati kedua belas
sudut, atom lain menempati dua sisi dan ketiga atom lagi menempati tengah.
a.
FCC
Struktur FCC mempunyai sebuah atom pada pusat semua sisi kubus dan sebuah atom
pada setiap titik sudut kubus. Sel satuan FCC punya 4 buah atom, Sedangkan
hubungan panjang sisi kristal FCC (a) dengan jari –jari atomnya R adalah a = 2R
. Beberapa logam
yang memiliki struktur kristal FCC adalah Tembaga, alumunium, Perak, dan Emas.

b.
BCC
Struktur BCC memiliki sebuah atom pada pusat kubus dan sebuah atom pada
setiap titik sudut kubus. Sel satuan BCC mempunyai 2 buah atom. Hubungan
panjang sisi kristal BCC dengan jari-jarinya adalah a= 4R/
Logam dengan struktur kristal BCC
mempunyai kerapatan atom yang lebih rendah dibandingkan logam dengan struktur
kristal FCC. Hal ini bisa dilihat dari jumlah bidang gesernya. Pada BCC jumlag bidang gesernya lebih sedikit
dari pada FCC.

c.
Heksagonal
tumpukan padat
Ciri khas logam dengan struktur HCP adalah setiap atom dalam lapisan
tertentu terletak tepat diatas atau dibawah sela antara tiga atom pada lapisan
berikutnya. Sel satuan HCP mempunyai 6 buah atom.
Elektron pada
logam
Elektron pada logam dapat bergerak
bebas, sehingga membuat logam menjadi bahan yang konduktif. Interaksi
elektron-elektron bergerak denga ion-ion logam yang terdiri terdistribusi pada
suatu kisi bergantung pada panjang
gelombang elektron-elektron serta jarak antar ion dalam arah gerak
elektron. Karena jarak antar ion bergantung pada arah kisi, panjang gelombang
elektron-elektron yang mengalami difraksi oleh ion-ion juga akan bergantung
pada arah kisi tersebut.
B. KARAKTERISTIK
SIFAT LOGAM
Sifat-sifat Logam :
a.
Sifat
Listrik
Sifat Listrik ini
berhubungan dengan konduktvitas atau daya hantar dari suatu bahan. Pada logam
ini memiliki nilai konduktivitas yang tinggi. Hal inilah yang menyebaban logam
disebut sebagi konduktor yang baik. Kekonduktivitasan ini berhubungan dengan
keadaan elektron di dalam logam. Elektron pada logam dapat bergerak bebas dan
memiliki GAP yang tumpang tindih, sehingga elektron dapat bergerak atau berpindah lebih mudah.
b.
Sifat
Kimia
Sifat kimia pada logam ini meliputi ciri-ciri dari
komposisi kimia dan pengaruh unsur terhadp metal. Contohnya seperti segregasi
dan ketahanan korosi. Logam seprti baja memiliki nilai ketahanan terhadap
korosi yang baik, karena memiliki kandungan karbon. Pada suhu kamar logam berwujud
padat kecuali raksa (berwujud cair).
Contoh sifat kimia lain dari logam adalah Titik leleh dan titik didih. Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik
didih yang tinggi karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara
logam yang satu dengan logam yang lain tergantung pada jumlah elektron yang
terdelokalisasi pada lautan elektron, dan pada susunan atom-atomnya. Logam-logam golongan 1 seperti natrium memiliki titik
leleh dan titik didih yang relatif rendah karena tiap atomnya hanya memiliki
satu elektron untuk dikontribusikan pada ikatan.
c.
Sifat
Fisik
Sifat fisik adalah sifat bahan
karena mengalami peristiwa fisika, seperti adanya pengaruh panas dan listrik. yaitu
berat jenis, daya hantar listrik dan panas, sifat magnet dan struktur mikro
logam. Beberapa logam (seperti Fe, Co, Ni) memiliki sifat magnetik yang kuat. Daya
hantar listrik pada logam ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Elektron yang terdelokalisasi bebas bergerak di seluruh bagian struktur
tiga dimensi. Elektron-elektron tersebut dapat melintasi batas butiran kristal.
Meskipun susunan logam dapat terganggu pada batas butiran kristal, selama atom
saling bersentuhan satu sama lain, ikatan logam masih tetap ada. Cairan logam juga menghantarkan arus listrik, hal ini menunjukkan bahwa
meskipun atom logam bebas bergerak, elektron yang terdelokalisasi masih
memiliki daya yang tersisa sampai logam mendidih.
Logam
juga daya hantar panas yang baik. Energi panas
diteruskan oleh elektron sebagai akibat dari penambahan energi kinetik (hal ini
memnyebabkan elektron bergerak lebih cepat). Energi panas ditransferkan
melintasi logam yang diam melalui elektron yang bergerak.
d. Sifat Tekhnologi
Sifat pengerjaan logam adalah sifat suatu
bahan yang timbul dalam proses pengolahannya.sifat itu harus diketahui lebih dahulu
sebelum pengolahan bahan dilakukan. Pengujian yang dilakukan antara lain pengujiian mampu las, mampu
mesin, mampu cor, dan mampu keras. Logam merupakan bahan yang baik untuk diaplikasikan
dalam teknologi, karena logam memiliki struktur yang kuat dan tidak mudah
patah.
e. Sifat Mekanik
Yang dimaksud dengan sifat
mekanis suatu logam adalah kemampuan atau kelakuan logam untuk menahan beban
yang diberikan, baik beban statis atau beban dinamis
pada suhu biasa, suhu tinggi maupun suhu dibawah 0°C. beban statis adalah beban
yang tetap, baik besar maupun arahnya berubah menurut waktu. , yaitu : kekuatan tarik, kuat bengkok,
kekerasan, kuat pukul, kuat geser, dan lain-lain. Sering pula
dimasukkan sifat teknologi dari material ialah mampu mesin, mampu cor dan
sebagainya. Sifat mekanik logam yaitu ,
kuat, keras, kaku dan ulet ( dapat mengalami deformasi tanpa mengalami
patahan), Dapat ditempa dan diregangkan, Tidak dapat ditembus cahaya sehingga
tidak tembus pandang.
Logam digambarkan sesuatu yang dapat ditempa dan diregangkan karena
kemampuan atom-atom logam untuk menggelimpang antara atom yang satu dengan atom
yang lain menjadi posisi yang baru tanpa memutuskan ikatan logam. Jika tekanan yang kecil dikenakan
pada logam, lapisan atom akan mulai menggelimpang satu sama lain. Jika tekanan
tersebut dilepaskan lagi, atom-atom tersebut akan kembali pada posisi asalnya.
Pada kondisi seperti itu, logam dikatakan menjadi elastis. Jika tekanan
yang lebih besar dikenakan pada logam, atom-atom akan menggelimpang satu sama
lain sampai pada posisi yang baru, dan logam berubah secara permanen.
Penggelimpangan lapisan atom antara yang satu
dengan yang lain ini dihalangi oleh batas butiran karena baris atom tidak
tersusun sebagai mana mestinya. Hal ini mengakibatkan semakin banyak batas
butiran (butiran-butiran kristal lebih kecil), menyebabkan logam lebih keras.
Untuk mengimbangi hal ini, karena batas butiran merupakan suatu daerah dimana
atom-atom tidak berkaitan dengan baik satu sama lain, logam cenderung retak
pada batas butiran. Kenaikan jumlah batas butiran tidak hanya membuat logam
menjadi semakin kuat, tetapi juga membuat logam menjadi rapuh.
C.
CONTOH
KARAKTERISTIK DARI BEBERAPA LOGAM
C.1. Emas
Memiliki
karakteristik :
·
Halus,
dapat ditempa, metal ductile warna kuning & berkilau
·
Dalam
konsentrasi < 0,2 % emas menjadi sangat rapuh
·
Udara /
air pada suhu apapun tidak mempengaruhi emas
·
Emas tidak
larut pada sulfuric, nitric atau asam hidrokolik, meski demikian dapat larut
pada kombinsi nitric & asam hidrokolik
·
Karena
sifatnya yang lunak, jika dicampur dengan copper, silver, platinum dan metal
lain dapat meningkatkan keekrasan, ketahann dan elastisitasnya.
C.2.
Platinum
Memiliki
karakteristik :
·
Logam
yang berwarna putih kebiruan
·
Keras,
ductile, melleable, dpat berbentuk foil atau fine wire
·
Kekerasannya
hampir sama dengan copper
·
Tahan
terhadap kondisi serta temperatur dalam rongga mulut
·
Dalam
bentuk foil titik leburnya tinggi dari porselen & koefisien ekspansinya
mendekati porselin sehingga mencegah tetekuknya metal / fraktur porselin
·
Platinum
(Pt) merupakan komponen utama pada alloy sbagai precisin attachment pada crown
& bridge sehingga sifat wear yang baik & memiliki titik lebur yang tinggi.
C.3.
Perak ( Ag)
Memiliki
karakteristik :
· Lunak, metal putih yang ductile
· Dikenal sebagai konduktor panas dan
listrik yang paling baik
· Lebih kuat dan keras dari pada emas
namun lebih lunak dari copper
· Titik leburnya 961,90 C.
Yaitu dibawah copper dan emas
· Perak murni menangkap banyak oksigen
sehingga menyulitkan pada casting karena timbulnya gas pada solidication maka
akan terbentuk permukaan casting yang kaar.
· Menmbahkan sedikit palladium pada
silver akan mencegah korosi pada rongga mulut
· Membentuk solid solution dengan
palladium & emas sehingga terbentuk emas dan palladium based alloys
· Pada gold-based alloy, perak efektif
menetralisir warna kemerahan pada alloy yang mengandung copper
· Pada palladium – based alloy , perak
meningkatkan warna putih dari alloy
C.4.
Copper ( Co)
· Lunak, metal ductille dengan
konduktivitas termal & listrik yang tinggi serta memiliki karakteristik
warna merah
· Copper membentuk seri sollid
solution bersama dengan emas dan palldium
· Komposisi Co pada gold basssed alloy
yaitu 40% & 88% dari berat
· Pada palladium bassede alloy yaitu
menurunkan titik lebur & menguatkan alloy.
C.5.
Zink ( Zn)
· Metal berwarna putih kebiruan,
kemunghkinan terbentuk tarnish pada udara yang lembab.
· Dalam bentuk murni yaitu halus ,
rapuh & low strength
· Bila dipanaskan di udara , zink akan
membentuk oksida putih yang densitasnya rendah.
C.6.
Timah( Sn)
· Berkilau , ahlus dan merupakan metal
putih
· Beberapa gold based alloy terkandung
timah < 5% dari berat
· Dapat dikombinasikan dengan platinum
& palladium sehingga tampak keras tapi meningkatkan kerapuhannya.
KARAKTERISTIK STRUKTUR DAN SIFAT KERAMIK
A. KARAKTERISTIK
STRUKTUR KERAMIK
Struktur kristal keramik (terdiri dari berbagai ukuran atom yang
berbeda atau minimal terdiri dari 2 jenis unsur) merupakan salah satu yang
paling kompleks dari semua struktur bahan. Ikatan antara atom-atom ini umumnya
ikatan kovalen (berbagi elektron, sehingga ikatan ini kuat).
Ikatan ion juga lebih kuat dari pada logam, akibatnya sifat seperti kekerasan
dan ketahanan panas dan listrik secara signifikan lebih tinggi keramik dari
pada logam. Keramik dapat berikatan kristal tunggal atau dalam bentuk
polikristalin. Ukuran butir mempunyai pengaruh besar terhadap kekuatan dan
sifat-sifat keramik, ukuran butir yang halus (sehingga dikatakan keramik
halus), semakin tinggi kekuatan dan ketangguhannya. Karena ikatan keramik
pada umumnya ion dan kovalen sehingga tidak ada elektron bebas. Hsl ini
menyebabkan keramik dapat digunakan sebagai isolator listrik dan termal. Jika
celah energinya kecil, maka dapat berfungsi sebagai bahan semikonduktor.
Kebanyakan
bahan pembentuk keramik memiliki ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan antar. Misal
, bagian ikatan ion dalam sistem MgO, AlO, ZnO dan SiO masing-masing adalah
70%, 60%, 60% dan 50%. Yang menarik
yaitu pada ReO3 , TiO merupakan oksida dan tidak pernah menunjukaan
sifat liat atau dapat di deformasikan tetapi memiliki hantaran listrik yang
relatif dapat disamakan dengan logam biasa.
Salah satu sifat bahan keramik yang
berhubungan dengan struktur kristal adalah piezoelektrik yaitu terjadinya
muatan statik bila dikenai deformasi elastik dan sebaliknya. Contohnya seperti
kuarsa (SiO2 ) karena sifat ini dapat digunakan sebagai osilator
elektronik.
Berikut beberapa
struktur kristal keramik:
Nama Struktur
|
Tipe Struktur
|
Kumpulan Anion
|
Bilangan Koordinasi
|
Contoh
|
|
Anion
|
Kation
|
||||
Garam
|
AX
|
FCC
|
6
|
6
|
NaCl,MgO,FeO
|
Sesium Klorida
|
AX
|
Kubik Sederhana
|
8
|
8
|
CsCl
|
Zinc Blende
|
AX
|
FCC
|
4
|
4
|
ZnS, SiC
|
Fluorit
|
AX2
|
Kubik Sederhana
|
8
|
4
|
CaF2, UO2
|
Perovskit
|
ABX3
|
FCC
|
12(A)
6(B)
|
6
|
BaTiO3, SrZnO3
|
Spinel
|
AB2X4
|
FCC
|
4(A)
6(B)
|
4
|
MgAl2O4
, FeAl2O4
|
Contoh dari
keramik :
a.
Gerabah
Gerabah dibuat dari
semua jenis bahan tanah liat yang plastis dan mudah dibentuk dan di bakar pada suhu
maksimum 10000 C. Struktur
dan teksturnya sangat rapuh, kasar, dan masih berpori. Agar kedap air , gerabah
kasr harus dilapisi glasir, semen atau bahan pelapis lainnya. Gerabah termasuk
keramik berkualitas rendah apabila dibandingkan dengan keramik batu atau
porselin. Contoh keramik jenis gerabah yaitu anglo, kendi, gentong,
bata , pso pot dsb.
b.
Keramik
Batu
Keramik batu dibuat
dari bahan lempung platis yang dicampur dengan bahan tahan api sehingga dapat
dibakr padaa suhu tunggi ( 12000-13000 C). Keramik jenis
ini mempunyai struktur dan tekstur halus dan kokoh, kuat dan berat seperti
batu, dan termasuk dalam kualiytas menengah.
c.
Porselin
Adalah Jenis
keramik bakaran suhu tinggi yang dibuat
dari bahan lempung murni yang tahan api, seperti kaolin, alumina dan silika.
Oleh karena badan porselin jenis ini berwarna putih bahkan bisa tembus cahaya,
maka sering disebut keramik putih. Pada umumnya, porselin dipijar sampai suhu
1350°C atau 1400°C, bahkan ada yang lebih tinggi lagi hingga mencapai 1500°C.
Porselin yang tampaknya tipis dan rapuh sebenarnya mempunyai kekuatan karena
struktur dan teksturnya rapat serta keras seperti gelas. Oleh karena keramik
ini dibakar pada suhu tinggi maka dalam bodi porselin terjadi penggelasan atau
vitrifikasi. Secara teknis keramik jenis ini mempunyai kualitas tinggi dan
bagus, disamping mempunyai daya tarik tersendiri karena keindahan dan
kelembutan khas porselin. Juga bahannya sangat peka dan cemerlang terhadap
warna-warna glasir
d.
Keramik
Baru
Adlah keramik yang
secara teknis diproses untuk keperluan teknologi tinggi seperti peralatan
mobil, listrik, konstruksi , komputer, optik keramik multi fungsidan komposit
keramik, silikon keramik magnet dsb. Sifat khas dari keramik ini disesuaikan dengan keperluan yang bersifat teknis seperti
tahan benturan, tahan gesek, tahan panas, tahan karat, tahan suhu kejut seperti
isolator,
bahan pelapis dan komponen teknis lainnya.
e.
Keramik
konvensional
·
Keramik berstruktur
Penggunaan
: batu bata, riol , pot bunga, lantai dan dinding.
·
Keramik putih
Penggunaan: peralatan
meja makan (seperti piring, teko, mangkuk), peralatan kamar mandi, perhiasan
rumah.
·
Keramik refraktori
Tidak ada komentar:
Posting Komentar